Tradisi “Tes Perawan” dari Indramayu
Loading...
Adalah
tradisi ngarot yang merupakan tradisi yang sudah lama dilakukan oleh warga di
Indramayu.
Ngarot yang
dalam bahasa sunda artinya minum, adalah acar pesta minum dan makan di kantor
desa sebelum petani memulai menggarap sawah.
Pada awalnya,
acara tradisional ini dimulai pada tahun 1686 yang dirintis oleh seorang kepala
desa yang pertama Lelea yang bernama Canggara Wirena.
Pada sebagian penduduk disana mempercayai jika ngarot merupakan saat yang penting bagi para remaja agar mendapatkan jodoh. Jodoh yang didapat lewat tradisi ngarot, dipercaya bisa membuat keutuhan dalam berumah tangga.
Di zaman dahulu, upacar ritual ngarot ini bukanlah ajang untuk mencari jodoh, namun acara untuk pembelajaran bagi para pemuda supaya bijak dalam ilmu pertanian. Acara ini pun hanya bisa diikuti oleh para perawan dan perjaka.
Konon katanya, apabila seorang gadis yang sudah tidak
perawan nekad untuk mengikuti pawai arak-arakan acara Ngarot, maka bunga melati
yang terselip pada rambutnya akan dengan sendiri menjadi layu dan bila hal itu
terjadi maka gadis tersebut akan mendapat ain dikarenakan sudah kehilangan
kehormatannya.
Tuah negatif juga akan didapatkan para janda yang nekad ikut di acara utama Ngarot, yaitu saat acara
bertatap wajah dengan para perjaka. Maka wajah gadis yang sudah tidak perawan
atau janda tersebut yang awalnya berparas cantik, akan berubah menjadi buruk
rupa, yang otomatis ia tidak bisa mendapatkan pasangan hidup, dan yang lebih
menakutkan lagi ia tidak akan bisa mendapat pasangan hingga seumur hidup.
Menurut para warga disana, sejak awal tahun 1990 an sampai sekarang, hampir 80% peserta yang ikut tradisi ngarot sukses mendapatkan jodoh dan membangun rumah tangga dengan baik.
Upacara
ngarot biasanya dimulai pada pukul 8.30 waktu setempat, dan dengan berkumpulnya
para remaja muda-mudi yang mengenakan pakaian warna warni di halaman rumah
Kuwu. Para gadis yang mengenakan busana kebaya didominasi warna merah,
berselendang, berkain batik, serta dengan rambut yang dihias dengan rangkaian
bunga. Kemudian, diselenggarakan pawai arak-arakan keliling desa. Selesai pawai
keliling para gadis kembali ke balai desa dan dilanjutkan dengan acara
tradisional seperti ronggeng. Menurut warga setempat, seni tarian Ronggeng
Ketuk dimaksudkan supaya ngabibita (menggoda) agar para perjaka dan para gadis
berpandangan yang selanjutnya saling jatuh hati.
Baca >> Ketahuan Selingkuh, Penis Pria ini 'DiBakar' Pacar Hingga MatangBaca >> Dianggap Anak Setan, Bayi 4 Bulan Diinjak dan Dikubur Hidup-Hidup Oleh Orangtuanya
Baca >> Kisah Tragis Pengantin yang Tak Perawan, Saat Malam Pertama...
Loading...
0 Response to "Tradisi “Tes Perawan” dari Indramayu"
Posting Komentar