Alasan Tradisi Mutilasi Kelamin Perempuan Afrika Masih Dipertahankan
Loading...

Salah seorang
yang sudah mahir melakukan sunat ini yang bernama Anna-Moora Ndege, 70 tahun
mengungkapkan, mutilasi alat kelamin pada perempuan itu harus dilakukan agar memastikan
para perempuan-perempuan di Kenya dan di Afrika bagian Timur Tengah tetap
setia, sebab sudah tidak memiliki lagi organ kelaminnya. "Saat alat kelamin perempuan dipotong, maka tidak akan ada lagi perempuan yang mencari
pria di sana-sini layaknya seperti seorang pelacur," katanya dikutip dari laman
Daily Mail pada Jumat (3/7/15).
Saat alat kelaminnya disunat, maka pekerjaan perempuan hanya menunggu suaminya di rumah
dan melayaninya dengan sepenuh hati. Meskipun disunat, perempuan tersebut juga masih
bisa hamil dan mempunyai anak.
Ahli penyunat
lainnya yang bernama Agnes Keruba, 62 tahun mengatakan, FGM merupakan festival
penting yang sebaiknya dirayakan layaknya perayaan Natal.
Keruba juga setuju
bila tradisi sunat pada perempuan ini masih dipertahankan hingga saat ini. Karena,
saat kelaminnya dipotong, para perempuan itu akan tumbuh sehat sebab darah
kotor yang dianggap tidak baik bagi tubuh juga sudah tidak ada lagi. "Kini
dalam tubuhnya hanya ada darah yang baik. Setelah organ kelamin perempuan tersebut
dipotong, darah yang buruk pun hilang dari tubuhnya," Ujar Keruba.
Keruba
kembali mengatakan, jika para perempuan tak disunat, maka klitorisnya masih
tetap ada. Dengan begitu, perempuanm itu tidak bisa membedakan antara suami dan
pria lainnya.
Baca >> Ketahuan Selingkuh, Penis Pria ini 'DiBakar' Pacar Hingga MatangBaca >> Dianggap Anak Setan, Bayi 4 Bulan Diinjak dan Dikubur Hidup-Hidup Oleh Orangtuanya
Baca >> Kisah Tragis Pengantin yang Tak Perawan, Saat Malam Pertama...
Loading...
0 Response to "Alasan Tradisi Mutilasi Kelamin Perempuan Afrika Masih Dipertahankan"
Posting Komentar